Jumat, 21 Januari 2011

Terjemahan Ta’lim Muta’allim

Terjemahan Ta’lim Muta’allim

Pengertian Ilmu, Hukum Mencari Ilmu, dan Keutamaannya.
Rasulullah saw. Bersabda,” Menuntut ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan perempuan.”
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tetapi terbatas pada ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau bermuamalah dengan sesama manusia. Sehingga ada yang berkata,”Ilmu yang paling utama adalah ilmu hal. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga prilaku, salat misalnya.
Muhammad bin Ali Hasan pernah ditanya mengapa beliau tidak menyusun kitab tentang zuhud, beliau menjawab, ” Maksud beliau adalah yang dikatakan zuhud ialah menjaga diri dari hal-hal yang syubhat (tidak jelas halal haramnya) dalam berdagang.
Belajarlah! sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah dilautan ilmu yang berguna. Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan takwa, ilmu paling lurus untuk dipelajari. Dialah ilmu menunjukkan kepada jalan yang lurus, yakni jalan petunjuk. Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’ lebih berat bagi setan dari pada menggoda seribu orang ahli ibadah tapi bodoh.

Niat dalam mencari ilmu
Setiap pelajar harus menata niatnya ketika akan belajar. Karena niat adalah pokok dari segala amal ibadah. Nabi bersabda, ” Semua amal itu tergantung pada niatnya.”
Niat seorang pelajar dalam menuntut ilmu harus ikhlas mengharap ridha Allah, mencari kebahagian diakhirat menghilangkan kebodohan dirinya, menghidupkan agama, dan melestarikan Islam. Karena Islam akan tetap lestari kalau umatnya berilmu.
Dalam menuntut ilmu juga harus didasari niat untuk mensyukuri nikmat akal dan kesehatan badan. Jangan sampai terbersit niat supaya dihargai masyarakat, untuk mendapat harta dunia, atau agar mendapat kehormatan dihadapan pejabat dan lainnya.
Boleh menuntut ilmu dengan niat dan supaya mendapatkan kedudukan dimasyarakat, kalau kedudukan tersebut diganakan untuk amar ma’ruf nahi munkar, untuk melaksanakan benaran, untuk menegakkan agama Allah. Bukan untuk mencari keuntungan diri sendiri, juga bukan karena keinginan hawa nafsu.
Hal itu perlu direnungi oleh para penuntut ilmu, supaya ilmu yang mereka cari dengan susah payah tidak sia-sia. Oleh karena itu dalam mencari ilmu jangan punya niat untuk mencari dunia yang hina dan fana ini. Seperti sebuah syair:”Dunia ini lebih sedikit dari yang sedikit, orang yang terpesona padanya adalah oarang yang paling hina. Dunia dan isinya adalah sihir yang dapat menipu orang tuli dan buta. Mereka adalah orang-orang bingung tak tentu arah, karena jauh dari petunjuk.”

Cara memilih ilmu, guru, teman dan ketekunan
Para santri harus memilih ilmu pengetahuan yang paling cocok dengan dirinya. Pertama-tama yang perlu dipelajari oleh santri adalah ilmu agama. Kemudian baru ilmu-ilmu yang lain.
Dikatakan bahwa manusi itu ada tiga macam:
Orang yang benar-benar sempurna.
Orang yang setengah sempurna.
Orang yang tidak sempurna sama sekali.
Adapun orang yang benar-benar sempurna ialah orang yang pendapatnya selalu benar dan mau bermusyawarah. Sedangkan orang yang setengah sempurna ialah orang yang pendapatnya benar, tapi tidak mau bermusyawarah. Dan orang-orang yang tidak sempurna sama sekali, ialah orang yang pendapatnya salah dan tidak mau bermusyawarah. Imam Ja’far Shidik berrkat kepada Sufyan Tsauri, ”Musyawarahkan urusanmu kepada orang yang takut kepada Allah.”
Orang bijak berkata,”Jika pergi mengaji ke negeri Bakhara, maka jangan tergesa-gesa memilih guru, tapi menetablah selama dua bulan hingga kamu berpikir untuk memilih guru. Karena bila kamu langsung belajar kepada seorang alim, maka kadang-kadang cara mengajarnya kurang enak menurutmu, kemudian kamu tinggalkan dan pindah kepada orang alim lain, maka belajarmu tidak akan diberkati. Oleh karena itu, selama dua bulan itu kamu harus berpikir untuk memilih guru, supaya kamu tidak meninggalkan, seorang guru, dan supaya betah bersamanya hingga selesai. Dengan demikian belajar dan ilmumu diberkati.”
Seorang santri tidak boleh menuuti hawa nafsunya. Seperti kata sebuah syair, ”Sesungguhnya hawa nafsu itu rendah nilainya, barang siapa terkalahkan oleh hawa nafsunya berarti ia terkalahkan oleh kehinaan.”
Seorang santri harus tabah menghadapi ujian dan cobaan. Sebab ada yang mengatakan bahwa gudang ilmu itu selalu diliputi dengan cobaan dan ujian, Ali bin Abi Thalib, berkata, Ketahuilah, kamu tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan bekal enam perkara, yaitu: cerdas, semangat, bersabar, memiliki bekal, petunjuk/bimbingan guru, dan waktu yang lama.”

Cara menghormati ilmu dan ahlinya
Para pelajar sendiri tidak akan memperoleh ilmu dan tidak akan dapat mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan gurunya.
Karena ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil mereka ketika menuntut ilmu sangat menghormati tiga hal tersebut. Dan orang-orang yang tidak berhasil dalam menuntut ilmu, karena mereka tidak mau menghormati/memuliakan ilmu dan gurunya. Ada yang mengatakan bahwa menghormati itu lebih baik daripada mentaati. Karena manusia tidak dianggap kufur karena bermaksiat. Tapi dia menjadi kufur karena tidak menghormati/memuliakan perintah Allah.
Imam Asy-Syairazy berkata,”Guru-guru ku berkata,” Barang siapa yang ingin anaknya menjadi orang alim, maka dia harus menghormati para ahli fiqh.Dan memberi sedekah pada mereka. Jika ternyata anaknya tidak menjadi orang alim, maka cucunya yang akan menjadi orang alim.”
Termasuk menghormati guru ialah, hendaknya seorang murid tidak berjalan didepannya, tidak duduk di tempatnya, jika dihadapannya, dan tidak memulai bicara, kecuali ada ijinnya.
Seorang santri harus mencari kerelaan hati guru, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia murka, mematuhi perintahnya asal tidak bertentangan dengan agama, karena tidak boleh taat kepada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah. Termasuk menghormati guru adalah menghormati putra-putranya, dan orang yang ada hubungan kekerabatan dengannya.
Santri harus meninggalkan akhlak tercela, karena akhlik tercela, karena akhlak tercela itu ibarat anjing yang samar.
Termasuk menghormati ilmu adalah menghormati teman dan orang yang mengajar. Para santri harus saling mengasihi dan menyayangi, apalagi kepada guru, supaya ilmunya berfaedah dan diberkai.
Dikatakan: ”Kemudian itu datang bukan karena usaha, tapi karena karunia dari Allah.” Banyak budak yang menempati tempat orang merdeka (mulia), dan banyak pula orang merdeka yang menempati kedudukan budak (hiba).

Kesungguhan dalam belajar, ketekunan, dan cita-cita
Para santri harus bersungguh-sungguh dalam belajar, harus tekun. Seperti yang diisyaratkan dalam Al Qur’an, ”Dan orang-orang yang berjihad/berjuang sungguh-sungguh untuk mencari (keridhaanku), maka benar-benar aku akan tunjukkan mereka kepada jalan-jalan menuju keridhaan-Ku”. Dikatakan barang siapa bersungguh-sungguh mencari sesuatu tentu akan mendapatkannya. Dan siapa saja yang mau mengetuk pintu, dan maju terus, tentu bisa masuk.
Dengan kadar sengsaramu dalam berusaha kamu akan mendapatkan apa yang kamu dambakan. Dikatakan bahwa belajar dan memperdalam ilmu fiqh itu diperlukan kesungguhan dari tiga orang, kesungguhan murid, guru, dan ayah bila masih hidup.
Santri harus mengulang-ulang pelajaraanya pada awal malam dan akhir malam. Yaitu antara isya’ dan waktu sahur, karena saat-saat itu diberkati.
Para pelajar harus memanfaatkan masa mudanya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Perhatikan bait syair ini, ”Dengan kadar kerja kerasmulah, kamu akan diberi apa yang menjadi cita-citamu. Orang yang sukses, harus sedikit mengurangi tidur malam. Gunakan masa mudamu sebaik-baiknya, karena masa muda adalah kesempatan yang tidak akan pernah terulang.”
Sesungguhnya santri tidak boleh terlalu memaksadiri hingga melebihi kekuatanya. Karena akan melemahkan tubuhnya, sehingga tidak mampu bekerja karena terlalu lelah. Mencari ilmu itu harus sabar. Pelan-pelan tapi kontinyu, sabar inilah pokok yang penting dari segala sesuatu.
Modal paling pokok adalah kesungguhan. Segala sesuatu bisa dicapai asal mau bersungguh-sungguh dan bercita-cita luhur. Barang siapa bercita-cita ingin menguasai kitab-kitabnya Imam Muhammad bin Al Hasan, asal disertai dengan kesungguhan dan ketekunan, tentu dia akan menguasai seluruhnya, paling tidak sebagian.

Beristiqomah dan cita-cita yang luhur
Para santri harus bersungguh-sungguh dalam belajar, harus tekun. Seperti yang disyaratkan dalam Al Qur’an, ”Dan orang-orang yang berjihad/berjuang sungguh-sungguh untuk mencari(keridhaanku), maka benar-benar Aku akan menunjukan mereka lepada jalan-jalan menuju keridhaan-Ku”. Dikatakan barang siapa bersungguh-sunggh mencari sesuatu tentu akan mendapatkanya. Dan siapa saja yang mau mengetuk pintu, dan maju terus, tentu bisa masuk.
Santri harus mengulang-ulang pelajarannya pada awal malam dan akhir malam. Yaitu antara Isya’ dan waktu sahur, karena saat-saat tersebut diberkati.
Para pelajar harus memanfaatkan masa mudanya untuk bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Perhatikan bait syair ini, ”Dengan kadar kerja kerasmulah, kamu akan diberi apa yang akan menjadi cita-citamu. Orang yang sukses, harus sedikit mengurangi tidur malam. Gunakan masa mudamu sebaik-baiknya, karena masa muda adalah kesempatan yang tidak akan pernah terulang.”
Seorang santri tidak boleh terlalu memaksa diri hingga melebihi kekuatannya. Karena akan melemahkan tubuhnya, sehingga tidak mampu bekerja karena terlalu lelah. Mencari ilmu itu harus sabar. Pelan-pelan tapi kontinyu, saba inilah pokok penting dari segala sesuatu.
Modal paling pokok ialah kesungguhan. Segala sesuatu bisa dicapai asal mau bersunguh-sungguh dan bercita-cita luhur. Barang siapa bercita-cita ingin menguasai kitab-kitabnya imam Muhammad bin Al Hasan, asal disertai dengan kesungguhan dan ketekunan, tentu dia akan menguasai seluruhnya, paling tidak sebagian.
Ilmu yang bermanfaat akan tetap dikenang sekalipun orang yang berilmu itu meninggal, karena ilmu yang bermanfaat itu abadi. Syaikh Murghinan berkata dengan sebuah syair. “Orang bodoh hakikatnya mati sebelum mati, dan orang yang berilmu tetap hidup sekalipun sudah mati.”

Mulai mengaji, ukuran, dan urutannya
Bahkan ada yang berkata, “Harus diulang-ulang sampai seribu kali. “Sebaiknya murid itu memulai dari kitab yang lebih mudah dimengerti”. Syikh Syarifuddin berkata, : “Cara yang benar menurutku, santri yang baru mulai mengaji, sebaiknya meniru kebiasaan yang dilakukan para ulama. Mereka menganjurkan para santri, supaya memulai dari kitab yang kecil-kecil, karena disamping lebih mudah dipahami, juga tidak membosankan, dan lebih melekat”.
Setelah benar-benar hafal dan mengerti, santri harus mencatatnya, karena hal itu banyak manfaatnya dikemudian hari. Santri sebaiknya tidak menulis pelajaran yang belum dipahami, sebab hal itu akan menimbulkan kerancuan dan menyia-nyiakan waktu.
Seyogyanya santri berusaha sungguh-sungguh memahami apa yang diterangkan oleh gurunya. Kemudian diulang-ulang sebdiri beberapa kali. Dan direnungkan supaya benar-benar mengerti. Karena mendengar satu kalimat lalu dihafal dan dimengerti, itu lebih baik daripada mendengar seribu kalimat tapi tidak paham.
Para santri/pelajar harus saling mendiskusikan suatu pendapat masalah dengan teman-temannya. Diskusi tersebut harus dilakukan dengan tertib/tenang. Tidak gaduh, tidak emosi. Karena tertib dan tenang dalam berpikir adalah tiangnya musyawarah. Dan tujuan musyawarah adalah mencari kebenaran. Tujuan itu akan tercapai bila orang-orang yang terlibat dalam diskusi/musyawarah tersebut bersikap tenang, benar dalam berpikir, lapang dada. Sebaliknya, hal itu tidak akan berhasil bila timbul kegaduhan dan saling emosi.
Jika tujuan diadakanya diskusi tersebut untuk saling mengalahkan hujah temannya, maka tidak halal. Diskusi itu halal kalau tujuannya untuk mencari kebenaran. Sedangkan mengaburkan persoalan jawaban, atau memberi tanggapan dengan cara yang tidak semestinya,. Juga tidak mahal. Karena jika orang yang bertannya itu bermaksud mempersulit, tidak mencari kebenaran.
Para santri harus senang mengamati/memikirkan pelajaran-pelajaran yang sukar dipahami, dan harus membiasakan hal itu. Karena banyak orang bisa mengerti setelah ia meu memikirkan. Oleh karena itu ada yang berkata, ”Perhatikan niscaya kamu akan mengerti”. Sebelum berbicara, santri harus berpikir dulu, supaya ucapanya benar. Karena ucapan itu bagaikan anak panah, oleh karena itu harus diluruskan dulu sebelum bicara,agar tidak salah.
Santri tidak boleh mendewakan akalnya, tapi harus berserah diri kepada Allah, dan harus mencari kebenaran dari-Nya. Barang siapa berserah diri kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya, dan akan ditunjukkan jalan yang lurus. Barangsiapa berharta, maka jangan kikir.

Tawakal
Para pelajar harus tawakal kepada Allah saat mencari ilmu dan tidak perlu cemas soal rezeki. Dan jangan terlalu sibuk memikirkan soal rezeki.
Para penuntut ilmu harus mengurangi hubungan dengan urusan duniawi sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, para ulama memilih menyendiri. Menjauh dari pergaulan. Santri harus tahan menderita disaat pergi menuntut ilmu. Sebagaimana disabdakan Nabi Musa ketika menempuh perjalanan untuk berguru kepada Nabi Khidir. Perjalanan Nabi Musa mencari ilmu diabadikan dalam Al Qur’an. Beliau berkata, ”Sungguh benar-benarku telah merasakan payah dalam perjalanan ini”.

Waktu-waktu belajar ilmu
Menuntut ilmu itu mulai dari ayunan sampai keliang lahat. Masa muda harus digunakan untuk utama menuntut ilmu sebaik-baiknya, Adapun waktu belajar yang paling baik, ialah menjelang subuh dan antara waktu magrib sampai isya’.
Para santri harus memanfaatkan seluruh waktunya untuk belajar. Jika jemu mempelajari satu bidang ilmu, maka hendaknya belajar ilmu yang lain.

Saling mengasihi dan saling menasehati
Orang berilmu harus menyayangi sesama. Senang kalau orang lain mendapatkan kebaikan. Tidak iri(hasad). Karena sifat iri itu berbahaya dan tidak ada gunanya.
Santri hendaknya tidak menentang atau berdebat dengan seseorang karena hal itu hanya akan menyia-nyiakan waktu. Ada yang berkata bahwa orang yang berlaku baik, akan dibalas dengan kebaikannya, dan orang yang jahat akan dibalas dengan kejahatannya.
Jangan berprasangka buruk terhadap orang mukmin, karena hal itu sumber permusuhan, dan tidak halal. Sabda nabi, ”Berprasangka baiklah terhadap orang mukmin. Karena prasangka buruk itu timbul dari niat yang buruk, dan batin yang jahat.”

Mencari tambahan ilmu pengetahuan
Para santri harus menambah ilmu setiap hari agar dapat kemuliaan. Harus selalu membawa buku dan pulpen, untuk menulis ilmu yang bermanfaat yang ia dengar setiap saat. Karena ilmu yang dihafal suatu ketika bisa lupa. Sedang ilmu yang ditulis akan tetap abadi. Ada yang berkata, ”Ilmu itu sesuatu yang diambil dari mulut orang-orang pandai karena mereka itu menghafal sebaik-baik yang mereka dengar. Dan mengatakan sebaik-beik yang mereka hafal.”
Santri harus bisa memanfaatkan kesempatan bersama para ulama. Gunakan untuk menimba pengetahuan dari mereka. Karena kesempatan yang baik apabila telah hilang, tidak akan dijumpai lagi.
Para penuntut ilmu harus tahan menanggung penderitaan dan kehinaan ketika mencari ilmu. Tamalluq(melekatkan hati pada orang lain) itu tercela kecuali dalam urusan menuntut ilmu. Karena menuntut ilmu itu tidak bisa terpisah dari guru, teman-teman belajar, dan sebagainya.

Bersikap wara’ ketika menuntut ilmu
Menjaga diri dari hal-hal yang tidak jelas halal haramnya. Santri yang bersifat wara’ ilmuny lebih bermanfaat. Belajarnya lebih muda. Termasuk sifat wara’ ialah menghindari rasa kenyang, banyak tidur, dan banyak bicara yang tidak berguna. Hindari makanan pasar kalau bisa. Karena makanan pasar itu lebih dekat pada najis dan kotor, ketika membuatnya jauh dari zikir kepada Allah, lebih dekat kepada kelalaian. Sebab mata orang-orang fakir itu memperhatikan makanan itu tetapi mareka tak beruang, dan tidak mampu membeli. Mereka tentu menahan rasa sakit karena tak terpenuhi keinginannya. Oleh karena itu makanan pasar itu hilang berkahnya.
Salah seorang ahli fiqh yang zuhud berpesan kepada seseorang pelajar, ”Jauhkan diri dari membicarakan orang lain dan kumpul-kumpul bersama orang yang banyak bicara”.
Termasuk wara’ adalah menyingkir dari orang yang suka berbuat kerusakan dan maksiat, serta senang menganggur. Karena bergaul dengan orang seperti itu bisa terpengaruh. Santri hendaknya menghadap kiblat ketika belajar, untuk mengikuti sunah Nabi saw. Supaya bisa memanfaatkan ajakan orang yang ahli berbuat baik, dan supaya selamat dari bujukan orang zalim.
Seorang santri harus memperbanyak salat. Harus khusus ketika melakukan salat. Karena hal itu dapat membantu memperoleh ilmu dan belajar.

Hal-hal yang dapat menguatkan hafalan dan yang melemahkannya
Hal-hal yang dapat menguatkan hafalan ialah tekun/rajin belajar, aktif mengurangi makan, salat malam, dan membaca Al Qur’an. Dikatakan, ”Membaca Al Qur’an dengan melihat Al Qur’an(bukan hafalan) itu lebuh utama.” Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw, ”Amalan umatku adalah membaca Al Qur’an dengan melihat.”
Santri kalau mengangkat kitab hendaknya membaca doa, ”Dengan menyebut nama Allah, Maha Suci Allah. Segala puji hanya bagi allah. Allah Maha Besar. Tiada daya dan upaya melainkan pertolongan dari Allah Yang Maha Luhur dan Agung, Maha Menang, Maha Mulia.”
Santri harus banyak membaca salawat Nabi Muhammad saw. Karena beliau adalah sebagai pembawa rahmat kepada alam semesta.
Makanan kundar (kemenyan) dicampur madu, dan makan dua puluh satu anggur merah setiap hari dengan ludah( tanpa air) itu dapat menguatkan hafalan, dan dapat menyembuhkan macam-macam penyakit. Dan apa saja yang dapat mengurangi dahak, bisa menguatkan hafalan. Dan apa yang menambah dahak itu menyebebkan lemahnya hafalan.
Adapun yang dapat merusak hafalan adalah banyak berbuat maksiat, banyak dosa, banyak susah, prihatin memikirkan urusan harta, dan terlalu banyak kerja.
Hal-hal yang menyebabkan cepat lupa ialah makan ketumbar basah, makan apel yang kecut, melihat orang yang dipancung, membaca tulisan dikuburan, melewati barisan unta, membuang ketombe hidup ditanah dan cantuk di bagian liang tengkuk. Maka santri hendaknya meninggalkan semua itu karena bisa menyebabkan lupa.

Datangnya rezeki dan hambatanya
Setiap manusia membutuhkan makanan, maka para santri harus mengetahui hal-hal yang dpat mendatangkan rezeki. Juga harus mengetahui apa yang dapat menambah dan mengurangi umur serta hal-hal yang menyehatkan badan agar leluasa dalam menuntut ilmu.
Rasullah saw bersabda, ’Tidakndapat menolak takdir kecualinberdoa. Dan tidak dapat menambah usia kecuali berbuat baik. Maka sesungguhnya orang laki-laki bisa terhalang rezekinya karena dosa yang dikerjakannya.” Haiis ini menunjukkan bahwa melakukan dosa itu dapat menyebabkan terhambatnya rezeki, khususnya dosa akibat berusta. Karena dusta itu dapat menyebabkan kefakiran.
Tidur pagi dapat menyebabkan miskin harta juga miskin ilmu. Ada orang yagn berkata, ”Bahagialah orang itu jika mengenakan pakaian. Adapun cara mengumpulkan ilmu adalah meninggalkan tidur.”
Termasuk yang menghambat rezeki ialah, tidur dengan telanjang, kencing dengan telanjang, makan dalam keadaan junub, tidur diatas lambung membiarkan makanan yang terjatuh, membakar kulit bawang merah dan putih, menyapu rumah dengan sapu tangan, menyapu rumah pada malam hari, membiarkan sampah didalam rumah, berjalan dimuka orang tua, memanggil orang tua dengan namanya, membersihkan makanan dicelah-celah gigi dengan sembarang kayu, membersihkan tangan dengan debu, duduk dimuka pintu, bersandar pada salah satu daun pintu, wudlu ditempat istirahat, menambal baju yang sedang dikenakan, membersihkan badan dengan baju, membiarkan rumah laba-laba didalam rumah, menyepelekan salat.
Rasulullah saw bersabda, ”Memohonlah kalian akan turunnya rezeki dengan bersedekah”. Bangun pagi-pagi itu diberkahi, dan bisa menambah. Tulisan yang indah, bermuka ceria dan berbicara yang baik juga dapat mendatangkan rezeki.
Hasan bin Ali ra, berkata, ”Menyapu halaman dan mencuci pakaian bisa mendatangkan rezeki”. Dan sebab paling kuat untuk mendatang rezeki salat dengan salat khusyuk, dan memenuhi rukun-rukunnya, syarat-syaratnya, dan adabnya. Salat dhuha juga dapat mendatangkan rezeki. Membaca surat Muzammil. Surat Wallaili Idza Yakhsya, surat Alam Nashrah juga dapat memper mudah datangnya rezeki. Datang dimasjid sebelum adzan, terus menerus dalam keadaan suci, melakukan salat sunat fajar dan witir dirumah juga dapat melapangkan rezeki.

2 komentar:

  1. mas, ijin copy di http://www.rifyal156.co.cc

    smga bermanfaat!!

    BalasHapus
  2. Bagus artikel
    Sy jg lagi ngepost ta'lim mhn koreksi nya
    http://ras-zhoe.blogspot.com/

    BalasHapus