Jumat, 14 Januari 2011

PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

BAB I
PENDAHULUAN

Masuk dan berkembangnya Islam ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M. (A.Mustofa,Abdullah,1999: 23). Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.(Taufik Abdullah:1983)
Datangnya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam masuk dan berkembang di Indonesia. 
Kegiatan pendidikan Islam, tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya Islam. Konversi massal masyarakat kepada Islam tidak lepas dari pengaruh penguasa kerajaan serta peran ulama dan pujangga, masa perdagangan disebabkan oleh Islam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan, kejayaan militer Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian dalam penyembuhan dan pengajaran tentang moral.(Musrifah,2005: 20).
Masa Kerajaan Islam, merupakan salah satu dari periodesasi perjalanan Sejarah Pendidikan Islam di Indoneesia, sebab sebagaimana lahirnya Kerajaan Islam yang disertai dengan berbagai kebijakan dari penguasanya saat itu, sangat mewarnai sejarah Islam di Indonesia, terlebih-lebih agama Islam juga pernah dijadikan sebagai agama resmi Negara/kerajaan pada saat itu.
Karena itulah, bila kita berbicara tentang perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, tentu saja kita tidak bisa mngenyampingkan bagaimana keadaan Islam itu sendiri pada masa kerajaan Islam. Berikut ini akan dikemukakan beberapa kerajaan Islam di Indonesia, serta bagaimana perananya dalam pendidikan Islam dan dakwah Islamiyah tentunya.
BAB II
PEMBAHASAN

Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia
Sejarah pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia, yaitu kira-kira pada abad keduabelas Masehi. Ahli sejarah umumnya sependapat, bahwa agama Islam mula-mula masuk ialah kepulau Sumatra bagian utara didaerah Aceh[ Yunus, Mahmud, 1996, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung),hlm.10 ].
Kedatangan Islam pertama di Indonesia tidak identik dengan berdirinya kerajaan Islam pertama di Indonesia, mengingat bahwa pembawa Islam ke Indonesia adalah para pedagang bukan misi tentara dan bukan pelarian politik. Mereka tidak berambisi mendirikan kerajaan Islam. Jadi masa tenggang kedatangan Islam pertama di Indonesia dengan berdirinya kerajaan Islam pertama adalah sangat lama.
Hasil seminar tentang masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Menurut sumber bukti yang terbaru, Islam pertama kali datang ke Indonesia pada abad ke 7 M/1 H, dibawa oleh pedagang dan mubaligh dari negeri Arab.
Daerah yang pertama dimasuki ialah pantai barat pulau Sumatra yaitu di daerah Baros, tempat kelahiran ulama besar bernama Hamzah Fansyuri. Adapun kerajaan Islam yang pertama ialah di Pasai.
Dalam proses peng-Islaman selanjutnya, orang-orang Islam bangsa Indonesia ikut aktif mengambil peranan dan proses itu berjalan secara damai.
Kedatangan Islam di Indonesia ikut mencerdaskan rakyat dalam melawan penjajah dan memperkuat daya tahannya mempertahankan karakter tersebut selama dalam perjajahan barat dalam waktu 350 tahun.
Sulit sekali menentukan kapan tepatnya Islam masuk ke Indonesia. Sampai sekarang belum ada bukti tertulis tentang hal tersebut. Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M [ Mustofa.A, aly, Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Untuk Fakultas Tarbiyah, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), hlm. 23]. Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh.[ Abdullah, Taufik. Ed. Agama dan Perubahan Sosial, Jakarta : CV. Rajawali, 1983)]
Dan dari sanalah Islam memancarkan cahayanya keMalaka dan Sumatra barat (Minangkabau). Dari Minangkabau Islam berkembang ke Sulawesi, Ambon dan sampai Filipina. Kemudian Islam terciar ke Jawa Timar, dari sana ke Jawa Tengah dan ke Banten, sampai ke Lampung dan Palembang dan keseluruh kepulauan Indonesia. Bukan saja agama Islam dianut dan didukung oleh rakyat umum, bahkan berdiri pula beberapa kerajaan Islam di Indonesia.
Di Sumatra berdiri kerajaan Islam di Pasai, Perlak, Samudra dan Bersama pada tahun 1290 – 1511 M, dan kerajaan Islam Aceh pada Tahun 1514 – 1904 M, dan kerajaan Islam di Minangkabau pada tahun 1500 M.
Di Jawa berdiri kerajaan Islam Demak pada tahun 1500 – 1546 M, dan kemudian kerajaan Islam Banten pada tahun 1550-1757 M, dan kerajaan Islam Pajang pada tahun 1568-1586 M, dan kerajaan Islam Mataram pada tahun 1575-1757 M.

Pendidikan Islam
Secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan kata kerjanya “Robba” yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara.[ Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 25]
Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[ Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 4]
Pendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis dan praktis. [ Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996), hlm. 25
]
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU Sisdiknas No. 20, 2003)
Pendidikan memang sangat berguna bagi setiap individu. Jadi, pendidikan merupakan suatu proses belajar mengajar yang membiasakan warga masyarakat sedini mungkin menggali, memahami, dan mengamalkan semua nilai yang disepa kati sebagai nilai terpuji dan dikehendaki, serta berguna bagi kehidupan dan perkembangan pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian, pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik (Insan Kamil).

Kerajaan Samudera Pasai
Para ahli sependapat bahwa agama Islam sudah masuk ke Indonesia (khususnya Sumatra) sejak abad ke 7 atau 8 M, meskipun ketentuan tahunnya secara pasti terdapat sedikit perbedaan.
Dari beberapa catatan sejarah, bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang didirikan pada abad ke-10 M, dengan raja yang pertamanya Al-Malik Ibrahim bin Mahdum Yang kedua bernama Al-Malik Al-Shaleh dan yang terakhir bernama Al-Malik Sabar Syah (tahun 1444 M/ abad ke-15 H). (Mustofa Abdullah, 1999: 54)
Tetapi catatan lain ada yang menyatakan bahwa kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Perlak. Hal ini dikuatkan oleh Yusuf Abdullah Puar, dengan mengutp pendapat seorang pakar sejarah Dr. NA. Baloch dalam bukunya”Advend Islam di Indonesia”[ Yusuf Abdullah Puar,Op.Cit, hlm. 9.] Tapi sayang sekali buktikuat yang mendukung fakta sejarah ini tidak banyak ditemukan, terutama menyangkut referensi yang mengarah kearah itu.
Seorang pengembara dari Maroko yang bernama Ibnu Batutah pada tahun 1345 M, singgah dikerajaan Pasai pada zaman pemerintahan Malik Az-Zhahir pada perjalanannya ke Cina. Ibnu Batuttah mengemukakan bahwa sistem pendidikan yang berlaku dizaman kerajaan Pasai, yaitu:
Materi pendidikan dan pengajaran agama bidang syariat ialah fiqih madzab Syafi’i.
Sistem Pendidikannya secara informal berupa majelis taklim dan halaqah.
Tokoh pemerintahan merangkap sebagai tokoh agama.
Biaya pendidikan agama bersumber dari negara(Zuhairini, 1986:135).
Pada zaman kerajaan Pasai ini, sudah terjadi hubungan antara Malaka dengan Pasai, bahkan Islam berkembang di Malaka lewat Pasai. Raja Malaka memeluk Islam karena kawin dengan putri dari kerajaan Pasai.[ Yusuf Abdullah Puar,Op.Cit, hlm. 38]
Pasai pada abad ke-14 M, sudah merupakan pusat studi Islam di Asia Tenggara, dan banyak berkumpul ulama-ulama dari negara-negara Islam. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Sultan Malikul Zahir adalah orang yang cinta kepada para ulama dan ilmu pengetahuan. Bila hari jum’at tiba, Sultan sembahyang di Masjid menggunakan pakaian ulama, setelah sembahyang mengadakan diskusi dengan para alim pengetahuan agama, antara lain: Amir Abdullah dari Delhi, dan Tajudin dari Ispahan. Bentuk pendidikan dengan cara diskusi disebut Majlis Ta’lim atau halaqoh. Sistem halaqoh yaitu para murid mengambil posisi melingkari guru. Guru duduk di tengah-tengah lingkaran murid dengan posisi seluruh wajah murid menghadap guru.

Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan salah satu kerajaan Islam tertua di Indonesia. Bahkan ada yang menyatakan lebih dahulu dari kerajaan Samudera Pasai. Rajanya yang pertama Sultan Alaudin (tahun 1161-1186 H/abad 12 M). Antara Pasai dan Perlak terjalin kerja sama yang baik sehingga seorang Raja Pasai menikah dengan Putri Raja Perlak. Perlak merupakan daerah yang terletak sangat strategis di Pantai Selat Malaka, dan bebas dari pengaruh Hindu.[ Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm.29]
Kerajaan Islam Perlak juga memiliki pusat pendidikan Islam Dayah Cot Kala. Dayah disamakan dengan Perguruan Tinggi, materi yang diajarkan yaitu bahasa Arab, tauhid, tasawuf, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, mantiq, ilmu falaq dan filsafat. Daerahnya kira-kira dekat Aceh Timur sekarang. Pendirinya adalah ulama Pangeran Teungku Chik M.Amin, pada akhir abad ke-3 H, abad 10 M. Inilah pusat pendidikan pertama.
Rajanya yang ke enam bernama Sultan Mahdum Alaudin Muhammad Amin yang memerintah antara tahun 1243-1267 M, terkenal sebagai seorang Sultan yang arif bijaksana lagi alim. Beliau adalah seorang ulama yang mendirikan Perguruan Tinggi Islam yaitu suatu Majlis Taklim tinggi dihadiri khusus oleh para murid yang sudah alim. Lembaga tersebut juga mengajarkan dan membacakan kitab-kitab agama yang berbobot pengetahuan tinggi, misalnya kitab Al-Umm karangan Imam Syafi’i.[ Mustofa.A, aly, Abdullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Untuk Fakultas Tarbiyah, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999), hlm. 54
](A.Mustofa, Abdullah, 1999: 54)
Dengan demikian pada kerajaan Perlak ini proses pendidikan Islam telah berjalan cukup baik.

Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan pada tanggal 12 Zulkaedah 916 H (1511 M) menyatakan perang terhadap buta huruf dan buta ilmu.Hal ini merupakan tempaan sejak berabad-abad yang lalu, yang berlandaskan pendidikan Islam dan Ilmu pengetahuan.[ K Rukianti, Enung, Dra, Hj, 2008, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia), hlm. 31]
Proklamasi kerajaan Aceh Darussalam adalah hasil peleburan kerajaan Islam Aceh di belahan Barat dan Kerajaan Islam Samudra Pasai di belahan Timur. Putra Sultan Abidin Syamsu Syah diangkat menjadi Raja dengan Sultan Alaudin Ali Mughayat Syah (1507-1522 M).[ Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm.31
]
Aceh pada saat itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dengansarjana-sarjananya yang terkenal didalam dan luar negeri, sehingga banyaklah orang luar yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu. Bahkan ibukota kerajaan Aceh Darussalam terus berkembang menjadi kota internasional dan menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Dalam Bidang pendidikan di kerajaan Aceh Darussalam benar-benar menjadi perhatian. Pada saat itu terdapat lembaga-lembaga negara yang bertugas dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan yaitu:
Balai Seutia Hukama, merupakan lembaga ilmu pengetahuan, tempat berkumpulnya para ulama, ahli pikir dan cendikiawan untuk membahas dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Balai Seutia Ulama, merupakan jawatan pendidikan yang bertugas mengurus masalah-masalah pendidikan dan pengajaran.
Balai Jama’ah Himpunan Ulama, merupakan kelompok studi tempat para ulama dan sarjana berkumpul untuk bertukar fikiran membahas persoalan pendidikan dan ilmu pendidikannya.
Adapun jenjang pendidikan yang ada adalah sebagai berikut :
Meunasah (Madrasah), Terdapat disetiap kampung, berfungsi sebagai sekolah dasar, materi yang diajarkan yaitu ;menulis dan membaca huruf Arab, ilmu agama, bahasa melayu, akhlak, dan sejarah Islam.
Rangkang, merupakan masjid sebagai tempat berbagai aktifitas umat termasuk pendidikan. Rangkang adalah setingkat Madrasah tsanawiyah. Materi yang diajarkan; bahasa Arab, ilmu bumi, sejarah, berhitung, akhlak, fikih, dan lain-lain.
Dayah, Terdapat disetiap daerah ulebalang dan terkadang berpusat di masjid, dapat disamakan dengan Madrasah Aliyah sekarang. Materi yang diajarkan; fikih(hukum Islam), bahasa Arab, tauhud, tasawuf, ilmu bumi, sejarah, ilmu pasti dan faroid.
Dayah Teuku Cik, Dapat disamakan dengan Perguruan Tinggi atau akademi, diajarkan fiqh, tafsir, hadis, tauhid, akhlak, ilmu bumi, ilmu bahasa dan sastra Arab, sejarah dan tata negara, ilmu falak dan filsafat.
Dengan demikian jelas sekali bahwa dikerajaan Aceh Darussalam Ilmu Pengetahuan benar-benar berkembang dengan pesat dan mampu melahirkan para ulama dan ahli ilmu pengetahuan, seperti Hamzah Fansuri, Syekh Syamsudin Sumatrani, Syekh Nuruddin Ar Raniry dan Syekh Abdur Rauf Tengku Syiah Kuala, yang merupakan nama-nama yang tidak asing lagi sampai sekarang ini.[ Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 31]

Kerajaan Demak
Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Fatah pada awal abad XIV, tepatnya sekitar tahun 1518 M. Pada mulanya, Demak merupakan pusat pengajaran Islam yang dipelopori oleh Raden Fatah ( tahun 1500 M), kemudian makin lama Demak berkembang menjadi kota perdagangan dan akhirnya menjadi sebuah kerajaan. Pendidikan dan pengajaran Islam bertambah maju dan penyebaran Islam seluruh pulau jawa maju pesat karena adanya bantuan pemerintah dan pembesar-pembesar Islam yang membelanya. Dengan demikian, didikan dan ajaran Islam mulai mendesak dan mengurangi pengaruh agama Hindu sedikit demi sedikit.
Tentang sistim pelaksanaan pendidikan dan pengajaran agama Islam di Demak punya kemiripan dengan yang dilaksanakan di Aceh, yaitu dengan mendirikan masjid ditempat-tempat yang menjadi sentral disuatu daerah, disana diajarkan pendidikan agama dibawah pimpinan seorang Badal untuk menjadi seorang guru, yang menjadi pusat pendidikan dan pengajaran serta sumber agama Islam.
Kitab-kitab agama Islam dizama Demak yang kini masih dikenal adalah primbon, yaitu notes berisi segala macam catatan tentang ilmu-ilmu agama, doa, bahkan juga tentang ilmu obat-obatan, ilmu gaib dan lain sebagainya. Selain itu, adalagi kitab-kitab yang dikenal dengan namasuluk Sunan Bonang, Suluk Sunan Kalijaga, Wasita Jati Sunan Geseng dan lain-lain. Kitab-kitab ini berbentuk diktat didikan dan ajaran mistik (tasawuf) Islam dari para sunan yang bersangkutan yang ditulis dengan tangan.
Wali suatu daerah diberi gelar resmi, yaitu gelar sunan dengan ditambah nama daerahnya, sehingga tersebutlah nama-nama seperti: Sunan Gunung Jati, Sunan Geseng, Kiai Ageng Tarub, Kiai Ageng Sela dan lain-lain.[ Mahmud Yunus, Op. Cit., hlm. 219.]
Untuk menyempurnakan rencana pendidikan, wali songo dari kerajaan Demak mengambil keputusan untuk mengisi semua cabang kebudayaan Nasional, yakni filsafat hidup, kesenian, kesusilaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan, dan yang lain-lainnya dengan anasir-anasir pendidikan dan pengajaran Islam agar agama Islam mudah diterima dan menjadi darah daging dalam kehidupan masyarakat. Usaha ini berhasil denga baik. Keberhasilan ini menunjukkan kecakapan, kebijaksanaan Sunan Kalijaga dan Sunan Giri dalam lapangan pendidikan dan pengajaran Islam.
Kerajaan Islam Mataram.
Perpindahan kekuasaan dari Demak ke Pajang tidak menyebabkan perubahan yang berarti dalam sistem pendidikan dan pengajaran Islam. Setelah pusat kerajaan Islam berpindah dari Pajang ke Mataram (tahun 1586 M), tampak beberpa perubahan, terutama pada zama sultan Agung (tahun 1613 M). Setelah mempersatukan Jawa Timur dengan Mataram serta daerah-daerah yang lain, Sultan Agung mulai mencurahkan perhatiaanya untuk membangun negara, seperti mempergiat berladang dan bersawah, serta memajukan perdagangan dengan luar negeri.
Atas usaha dan kebijakan dari Sultan Agunglah kebudayaan lama yang berdasarkan Indonesia asli dan Hindu dapat diadaptasikan dengan agama dan kebudayaan Islam, Seperti:
Grebeg, disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan Maulid Nabi. Sejak saat itu terkenal dengan Grebeg poso (puasa) dan Grebeg Mulud.
Gamelan sekatenan yang hanya dibunyikan pada grebeg Mulud, atas kehendak sultan Agung dipukul dihalaman masjid besar.
Karena hitungan tahun saka ( Hindu) yang dipakai di Indonesia (Jawa) berdasarkan perhitungan Matahari, berbeda dengan tahun hijriah yang berdasarkan perjalanan bulan, maka pada tahun 1633 M atas perintah sultan Agung, tahun saka yang telah berangka 1555 saka, tidak lagi ditambah dengan hitungan matahari, melainkan dengan hitungan perjalanan bulan, sesuai dengan tahun hijriah. Tahun yang baru disusun disebut tahun Jawa, dan sampai sekarang tetap juga dipergunakan.[ Ibid., hlm. 221-222]
Pada zaman kerajaan Mataram, pendidikan sudah mendapat perhatian sedemikian rupa, seolah-olah tertanam semacam kesadaran akan pendidikan pada masyarakat kala itu. Ketikan itu hampir setiap desa diadakan tempat pengajian alquran, yang diajarkan huruf hijaiyah, membaca alquran, barzanji, pokok dan dasar-dasar ilmu agama Islam dan sebagainya. Adapun cara mengajarkan dengan cara hafalan semata-mata. Disetiap tempat pengajian dipimpin oleh guru yang bergelar modin.
Selain pelajaran alquran, juga ada tempat pengajian kitab, bagi murid-mrid yang telah khatam mengaji alquran. Tempat pengajiannya disebut pesantren. Para santri harus tinggal diasrama yang dinamai pondok. Adapun cara yang dipergunakan untuk mengajarkan kitab ialah dengan sistem sorogan, seorang demi seorang bagi murid-murid permulaan, dan dengan cara bendungan(halaqah) bagi pelajar-pelajar yang sudah lama dan mendalam keilmuannya.
Sementara itu pada beberpa daerah kabupaten diadakan pesantren besar, yang dilengkapi pondoknya, untuk kelanjutan bagi santri yang menyelesaikan pendidikan dipesantren desa. Pesantren ini adalah sebagai lembaga pendidikan tingkat tinggi.
Kitab-kitab yang diajarkan pada pesantren besar itu ialah kitab-kitab besar dalam bahasa Arab, lalu diterjemahkan kata demi kata kedalam bahasa daerah dan dilakukan secara halaqah. Bermacam-macam ilmu agama telah diajarkan disini, seperti; fiqh, tafsir, hadis, ilmu kalam, tasawuf dan sebagainya. Selain pesantren besar, juga diselenggarakan semacam pesantren takhassus, yang mengajarkan satu cabang ilmu agama dengan cara mendalam atau spesialisasi.[ Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm.37]

Kerajaan Islam di Banjarmasin
Tentang awal berdirinya kerajaan Islam Banjarmasin ini, ialah pada 24 september 1526 M, sesudah pangeran Samudra yang kemudian berganti nama dengan Sultan Suriansyah, menang perang dengan pangeran tumenggung di Negara Daha.
Perkembangan yang sangat menggembirakan, pada tahun 1710 M (tepatnya 13 shafar 1122 H) dizaman kerajaan Islam Banjar ke-7 dibawah pemerintahan sultan Tahmilillah (1700- 1748) telah lahir seorang ulama terkenal kemudiannya yaitu Syekh Muhammad Arsyad al Banjary di desa Kalampayan Martapura.[ Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm 39]
Syekh Muhammad Arsyad al Banjary berjasa dalam pendirian pondok pesantren Darussalamnya. Sistem pengajian kitab pesantren banjarmasin, tidak berbeda dengan sistem pengajian kitab di pondok pesantren jawa ataupun sumatra, yaitu dengan sistem halaqah, menerjemahkan kitab-kitab yang dipakai kedalam bahasa daerah banjar, sedang para santri menyimak.

Kerajaan Islam di Maluku
Masuknya Islam ke Maluku dibawa oleh mubalig dari Jawa, sejak zaman Sunan Giri dari Malaka (kurang lebih tahun 1475). Raja Maluku yang pertama masuk Islam adalah Sultan Ternate, yang bernama Marhum pada tahun 1465-1486 M atas pengaruh Maulana Husein, saudagar Jawa. Di Maluku ada raja yang terkenal dalam bidang pendidikan dan dakwah Islamiyah, yaitu Sultan Zainal Abidin (14 86-1500).[ Hasbullah, 2001, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada), hlm 45]
Pelaksanaan pendidikan di Maluku ketika itu telah maju dibanding dengan daerah-daerah lainya karena telah didirikan beberapa pesantren dan madrasah yang lebih terorganisasi. Madrasah di Ambon yang termasyhur ketiak itu adalah Madrasah Mahasinul Akhlak, yang telah banyak mengeluarkan para pemuda Islam yang terjun langsung ke masyarakat sebagai guru dan pemimpin agama.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Masuknya Islam ke Indonesia, ikut mencerdaskan rakyat dan membawa peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia. Ini terwujud karena sudah terdapatnya suatu sistem pendidikan, misal yang paling sederhana adalah secara informal berupa majelis ta’lim, halaqah, dan masjid menjadi sentralnya. Kemudian yang menjadi sasaran pendidikan dan dakwah Islam meliputi kalangan pemerintah dan rakyat umum.
Dan dari kemajuan bidang pendidikan ini ilmu pengetahuan benar-benar berkembang dengan pesat dan mampu melahirkan para ulama dan ahli ilmu pengetahuan, sehingga lahir karya-karya besar.
Keberhasilan dan kemajuan pendidikan zaman kerajaan Islam, tidak terlepas dari pengaruh Sultan yang berkuasa dan peran para ulama serta pujangga, baik dari luar maupun dari wilayah setempat, yang menghasilkan karya-karya besar sehingga menjadikan kerajaan-kerajan Islam juga sangat maju dalam bidang pendidikannya.   
Demikianlah bagaimana keadaan pendidikan Islam pada masa kerajaan Islam, yang jelas pada saat ini Islam telah berkembang sedemikian rupa. Meskipun hanya beberapa kerajaan Islam yang kami kemukakan didalam makalah ini, bukan berarti mengecilkan arti pentingnya kerajaan-kerajaan Islam yang lain, yang sangat besar peranannya baik dalam pelaksanaan pendidikan Islam maupun dakwah Islamiyah tentunya.







DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Drs, 1995, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia,Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
K Rukianti, Enung, Dra, Hj, 2008, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Bandung: Pustaka Setia.
Yunus, Mahmud, Prof, H, 1996, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Hidakarya Agung.
Yatim, Badri, 1993, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta : PT.  Raja Grafindo Persada.
Drajat, Zakiah, 1996, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar